Aku adalah anak
pertama dari keluarga yang biasa-biasa saja. Ibuku adalah seorang ibu rumah
tangga, sedangkan ayahku adalah seorang pekerja kantoran dengan jabatan dan
gaji yang cukup tinggi. Sebagai anak tertua, aku selalu diperlakukan dengan keras.
Aku bahkan sudah di suruh mengerjakan pekerjaan rumah ketika baru masuk ke
sekolah dasar.
Sikap mereka
berbeda dengan yang mereka berikan kepada adikku. Adikku lebih muda dua tahun
dariku. Entah kenapa, aku merasa dia sangat di sayangi dan di manja oleh kedua
orangtuaku. Itu seperti adikku adalah satu-satunya anak yang mereka inginkan.
Kenapa aku bisa
berpikir seperti itu? Tentu saja karena dia tidak pernah dituntut apa-apa. Dia
bebas melakukan apapun yang ia suka bahkan tanpa perlu izin. Berbeda denganku,
yang ketika itu ingin masuk les menggambar saja sampai dimarahi berjam-jam.
Pada saat hari
ulang tahunnya, kami pergi ke restoran sushi untuk merayakannya. Aku tidak tahu
apakah mereka lupa, tapi aku alergi terhadap ikan. Aku sudah mencoba untuk
membicarakannya, namun coba tebak apa yang mereka lakukan? Mereka
meninggalkanku dan hanya merayakan pestanya bertiga bahkan tanpa meminta maaf.
Aku tidak ingin
mempermasalahkannya karena itu adalah ulang tahun adikku. Namun, pemikiran itu
berubah ketika hari ulang tahunku tiba. Pada saat itu, mereka menanyakan aku
ingin merayakan ulang tahunku dimana. Aku dengan cepat langsung berkata ingin
pergi ke restoran italia. Aku selalu ingin pergi kesana setelah melihat
iklan-iklannya bermunculan di televisi.
Tapi, kedua
orangtua ku menolak usulanku. Merkea bilang bahwa adikku alergi terhadap keju
dan tidak bsia memakan disana. Untuk informasi, adikku tidak alergi keju. Dia
hanya tidak menyukainya saja. Tapi, ketika aku mengatakan hal itu, mereka
membalasku dengan menaikkan nada bicara mereka. Aku menanyakan pada mereka,
kenapa kita tidak membelikan sesuatu yang adikku suka di perjalanan pulang jika
dia tidak bisa makan di restoran italia.
Ibuku menamparku.
Dia berkata apakah aku berniat mentelantarkan adikku sendirian di rumah?
Tunggu, bukankah kalian melakukan itu juga padaku bulan lalu? Ayahku tampaknya
sudah tidak ingin berdebat lebih lama lagi dan mengambil keputusan. Kalian tahu
apa keputusannya? Kita berempat akan pergi ke restoran sushi kesukaan adikku.
Aku langsung menolak keras. Kenapa di hari ulang tahunku, kita harus pergi ke
restoran kesukaannya? Bukankah kalian tahu aku alergi ikan? Ibuku
mentertawakanku, dia berkata bahwa aku hanya tidak menyukai ikan, bukan alergi.
Kau bisa memesan hal lain. Aku sudah muak dengan ini dan mengurung diri di
kamar.
Saat itu aku
sadar bahwa rasa sayang orangtuaku padaku telah hilang. Mereka ternyata
benar-benar pergi ke restoran sushi itu tanpaku, orang yang berulang tahun.
Sejak saat itu aku sudah memutuskan untuk pergi dari rumah ini.
Dan itu berhasil,
ketika aku sudah kuliah, aku mendapatkan izin untuk tinggal sendiri. Aku
sengaja memilih kampus yang jauh agar bisa meninggalkan mereka. Ibuku berpesan
agar menghubungi mereka atau adikku akan kesepian. Aku tidak menggubrisnya. Aku
yakin dia malah akan berpesta ria.
Enam tahun telah
berlalu, aku telah lulus dari kampus dan kini bekerja di sebuah restoran. Di
sana aku bertemu dengan seorang pria yang baik kepadaku. Aku mencintainya sejak
pandangan pertama. Ketika ia melamarku, aku langsung mengiyakannya dan kami
menjadi tunangan.
Beberapa bulan
berlalu. Kami berniat mengunjungi orangtua masing-masing untuk meminta restu
menikah. Orangtuanya sangat baik kepadaku. Mereka sudah melihatku sebagai anak
mereka sendiri dan itu membuatku senang. Rintangannya adalah menemui
orangtuaku.
Aku menghubungi
mereka melalui telepon setelah beberapa tahun. Pada awalnya kami saling
menanyakan kabar dan basa basi. Aku akhirnya menyatakan tujuan kami untuk
meminta restu dan ingin datang ke rumah. Mereka awalnya kaget, namun akhirnya
mengiyakan.
Tunanganku
bertanya kenapa aku sangat gugup ketika berbicara pada orangtuaku. Aku
menceritakan semua masa laluku dan alasan kenapa aku ingin berkuliah di tempat
yang jauh dari mereka. Tunanganku mengerti dan memuji keberanianku. Aku
benar-benar jatuh cinta pada pria ini.
Beberapa hari
berlalu dan akhirnya kami sampai di rumah. Orangtuaku menyambut kami dengan
minuman. Tampaknya adikku tidak ada disini, dia sibuk minum alkohol bersama
teman-temannya. Orangtuaku menyadari bahwa mereka salah dalam hal mengasuh anak
dan mereka meminta maaf sambil menundukan kepala. Aku segera menyuruh mereka
menghentikan itu. Aku berkata bahwa aku sudah tidak memperdulikan hal itu
karena aku sudah menemukan kebahagiaanku. Pertemuannya itu berlangsung dengan
senyuman hangat dari kedua pihak.
Sampai akhirnya
adikku datang untuk menyela. Dia benar-benar mabuk dengan baju yang tipis. Ia
melihat tunanganku dan menuju kearahnya. Aku sudah merasakan hal yang tidak
enak. Ia langsung memeluk tunanganku dan merayunya. Aku mencoba menjauhkan
mereka dengan menarik lengan adikku. Tapi dia malah menangis dna berteriak
bahwa aku menyakitinya. Dia berlagak sebagai korban dan meminta tolong pada
tunanganku dengan memeluknya dengan lebih erat. Itu benar-benar membuatku
cemburu dan marah. Tapi untunglah itu tidak berlangsung lama.
Tunanganku
melepaskan pelukan adikku dan langsung menatapnya dengan tatapan jengkel. Ia
berkata bahwa apa yang aku katakan tentang adikku adalah benar. Ia bahkan tidak
bisa menyangka bahwa perempuan seperti ini adalah adik tunangannya. Merasa
jengkel dengan itu, adikku langsung merajuk pada orangtuaaku. Namun, orangtuaku
sudah berubah. Mereka lanjut menceramahinya dan menyuruhnya untuk pergi ke
kamar. Dengan wajah kesal dia berlali ke kamar dan berteriak. Karena suasana
yang kacau, kami memutuskan untuk berpindah lokasi. Di sana kami akhirnya bisa
berbicara santai membahas segala hal tentang perpisahan kami.
Pernikahan kami
berlangsung lancar, kecuali satu insiden yang terjadi. Adikku datang mengenakan
gaun putih. Siapapun tahu bahwa gaun putih hanya diperuntukan untuk mempelai.
Karena itulah tunanganku menyuruh keamanan untuk mengusirnya. Orangtuaku datang
ke tunanganku, tidak, suamiku untuk meminta maaf.
Ini sudah lima
tahun sejak saat itu. Kami sudah dikaruniau dua orang anak. Yang tertua adalah
perempuan dna yang kedua adalah laki-laki. Aku akan membesarkan mereka dengan
benar agar tidak menjadi seperti diriku. Berbicara soal adikku, ayah bilang
bahwa ia berkencan dengan banyak pria sejak saat itu. Dan sekarang dia sedang
hamil tanpa tahu siapa ayah si bayi. Lucunya, dia sempat berkata bahwa suamiku
adalah ayahnya. Tentu saja kami tidak mempercayainya dan langsung mengusirnya.
Semoga dengan ini ia bisa sedikit belajar
Comments
Post a Comment