Kejadian supranatural memang sering terjadi di tempat-tempat yang cukup sepi. Misalnya di jalanan kampung atau di bangunan tua. Tidak peduli siang atau malam, auranya tidak akan berubah.
Inilah yang baru saja di alami oleh Eko disaat perjalanannya dengan mobil menuju ke sebuah gedung mewah untuk mendatangi acara pernikahan adiknya, Siti. Dia sangat antusias akan pernikahan adiknya itu. Sampai-sampai sebelum berangkat ia sempat hampir lupa menggunakan celana dalamnya.
Sekitar sepuluh menit waktu yang ia perlukan untuk bersiap-siap bersama dengan istrinya, Ratna untuk pergi kesana.
“Gimana? Udah cakep belum?” Tanya Ratna
“Sudah dong. Kan Istriku. Kalau gak cakep mana ku nikahi” Jawab Eko dengan nada bercanda
“Ih... Gombal”
Persiapan mereka sudah selesai. Eko menghidupkan mobil sedannya dan membukakan pintu untuk Istri tercinta. Waktu itu pukul 8 malam. Suasana jalan bisa dibilang lumayan sepi. Hanya ada satu atau dua kendaraan yang melaju, namun berlawanan arah dengan tujuan mereka.
“Kamu takut ya?” Tanya Ratna mencoba menggoda Eko
“Gak, cowok kok takut”
Eko memasukan kuncinya dan langsung men-starter-mobilnya. Mereka pergi meninggalkan rumah menuju ke tempat pesta pernikahan adiknya digelar. Gedung Loka Wijaya. Eko sebenarnya sempat mempermasalahkan ini, lokasi gedung itu bisa dibilang tidak strategis karena jalan untuk akses yang bisa dibilang sedikit tidak layak. Tapi apa boleh buat, ini sudah kesepakatan Siti dengan suaminya, Joko.
Untuk saat ini semuanya masih terasa lancar-lancar saja. Tidak ada hal aneh yang terjadi walau faktanya memang hanya mobil mereka yang menuju ke arah yang berlawanan.
“Aku jadi teringat saat kita pertama kali nikah, mas” Ratna mencoba untuk menghidupkan suasana. “Waktu itu aku sangat gugup, memikirkan akan meninggalkan keluarga dan menjalani hidup di tempat baru bersama dengan laki-laki pilihanku”
“Sama. Waktu itu aku sama sekali tidak bisa tidur. Kepalaku penuh dengan pikiran-pikiran yang membuatku pusing. Pusing karena kesenengan mungkin, mikir besok akan nikah”
“Kira-kira Siti ngerasain hal itu juga gak ya?” Lanjut Ratna. “Aku masih melihat dia sebagai anak-anak soalnya. Agak kaget waktu tahu dia sudah menemukan orang yang dia pikir layak untuk hidup bersama dengannya”
“Aku percaya padanya seperti aku percaya padamu”
“Kan, gombal lagi”
Obrolan mereka masih terus berlanjut sepanjang ruas jalan membentang. Eko masih harus memfokuskan matanya kearah depan untuk memastikan mereka tidak kesasar sementara telinganya mendengar ocehan Ratna.
Perjalanan sudah berlangsung kurang lebih tiga puluh menit sejak tadi mereka meninggalkan rumah.
“Mas, kok kita tidak sampai-sampai ya?” Tanya Ratna
Eko sudah sedari tadi menyadari hal itu. Waktu menuju ke gedung itu seharusnya tidak lebih dari dua puluh menit dari rumah mereka jika menurut perkataan Siti ketika datang menghantarkan undangannya.
“Mas?” Eko masih belum menjawabnya. “Tenanglah. Aku yakin ini jalan yang benar. Siti sendiri yang memberitahukan”
“Memang. Tapi entah kenapa firasatku buruk”
“Tidak apa-apa. Kan ada aku” Kata Eko mencoba menenangkan hati istrinya.
Sejujurnya Eko juga merasakan firasat hal buruk akan terjadi. Berbeda dari sebelumnya, kini tidak ada satupun kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan itu. Hanya menyisakan mereka berdua dan mobil sedan keluarga yang sudah tua. Syukurnya lampu jalanan masih menyala walau sedikit remang-remang.
“Mas. Kayaknya kita salah jalan deh” Kata Ratna
“Ada apa memangnya?” Tanya Eko
“Dari tadi kita muter-muter”
Wajah Eko seketika bermandikan keringat dingin. Ia mencoba memeriksa keadaan. Rupanya memang benar. Rambu dilarang parkir yang terpajang di kanan jalan itu sudah mereka lalui. Bukti dengan adanya bekas cat semprot di tiang rambu itu.
“Kita balik saja, mas” Pinta Ratna dengan tangan yang gemetaran
“Baik,baik. Kita kembali”
Eko mengganti gigi mobilnya dan melihat kiri-kanan memastikan tidak ada kendaraan yang mengganggu. Mobil ia jalankan dengan membanting setir full kanan. Tapi ada hal mengejutkan yang terjadi.
"Ada apa, mas?”
“Sial. Bensinnya habis”
“Hah? Terus gimana ini?”
Eko meraih sakunya dan mengeluarkan sebuah telepon genggam. Ia membuka panggilan untuk menghubungi Siti yang saat itu sudah ada di gedung pesta
“Halo, Siti”
“Kak, kakak kemana saja sih? Kok jam segini masih belum dateng?”
“Itu dia, kakak tersesat. Tolong suruh seseorang buat jemput. Mobil kakak sedang mogok”
“Yaudah. Cepet kirim lokasinya, nanti Siti kirim orang kesana”
Telepon berakhir. Eko mengirimkan lokasi pasti tempat mobil mereka mogok. Jika dilihat, Eko sendiri tidak tahu tempat itu ada di mana.
Ok, sudah kusuruh temenku buat jemput. Namanya Angga
SMS balasan dari Siti.
“Jadi, kita menunggu disini? Di tempat serem ini?” Tanya Ratna merasa ketakutan
“Hanya beberapa saat kok, sampai temennya Siti datang kesini”
Sekitar lima menit mereka sudah menunggu. Ada sesuatu yang terlihat dari arah timur. Sebuah lampu sorot sebuah mobil dan suara klakson yang mengiringinya
“Itu pasti temennya Siti”
“Akhirnya”
Mobil itu mendekati mereka. Tampak seorang laki-laki mengendarainya
“Kakak ini kakaknya Siti kan?” Tanya laki-laki itu
“Benar. Kamu pasti Angga kan?”
“Iya. Ayo masuk. Aku antar ke gedung pesta. Soal mobil jangan khawatir, sudah ku hubungi bengkel untuk mendereknya. Kakak bisa mengambilnya besok siang”
“Baiklah. Terima kasih ya”
Eko dan Ratna membuka pintu di kursi belakang dan duduk disana
“Sudah?” Tanya Angga
“Sudah. Ayo jalan
Mobil itu bergerak meninggalkan sedan yang entah bagaimana nasibnya kemudian. Perasaan Eko dan Ratna yang dari tadi sangat ketakutan kini sudah mereda. Setidaknya mereka bisa menuju gedung pesta itu dengan selamat. Tapi
“Kenapa tidak sampai-sampai ya? Ini sudah sepuluh menit lebih”
“Hehe... Siapa bilang kita ke gedung pesta adik Anda?”
***
Sementara itu di gedung pesta pernikahan Siti
“Angga, kau sudah bawa kakak ku?”
“Maaf, Siti. Tapi aku tidak menemukan kakakmu. Yang ada hanyalah sebuah mobil sedan yang sudah rusak. Seperti sudah menabrak sesuatu yang sangat keras dengan kecepatan tinggi”
Comments
Post a Comment