Skip to main content

Bayangan Peniru

Kali ini ada sebuah kisah tentang seseorang yang mengaku pernah di hantui oleh sosok bayangan yang menyerupai manusia di sekitar perkarangan rumahnya.

Sebut saja nama tokoh utama kita ini Rusdi. Jadi beberapa tahun yang lalu, Rusdi pernah pergi ke rumah kakeknya yang berada jauh di desa. Kebetulan ayah Rusdi ini adalah seorang perantau jadi, dia ikut dengan ayahnya sekalian sekolah di kota tempat ayahnya itu bekerja.

Rusdi pulang bersama bapak dan ibunya ke desa untuk menyambut lebaran yang akan di adakan beberapa hari lagi. Mereka pergi lebih awal hitung-hitung untuk menghindari ke macetan yang sering terjadi.

Singkat cerita ia sudah sampai di rumah nenek dan kakeknya itu. Itu adalah rumah tradisional nan kuno. Sangat mencerminkan rumah desa pada umumnya. Hanya saja, tidak jauh dari rumah itu adalah sebuah kuburan yang hanya memiliki satu makam.

Rusdi ingat ketika ia pernah menanyai kakeknya tentang siapa yang di makamkan disana dan kenapa ia hanya sendirian. Namun, baik kakek maupun neneknya menolak untuk menjawab. Begitu juga dengan kedua orangtuanya. Itu membuat Rusdi kecil penasaran bahkan sampai sekarang.

Begitu melihat makam itu kembali, Rusdi menjadi teringat dengan kenangan itu. Namun kini ia mengerti sesuatu. Nama orang yang meninggal akan di tuliskan di Batu nisan.

"Namanya…"

Tapi, begitu Rusdi ingin menyebutkan namanya ada orang dari belakang yang menutup mulutnya.

"Rus. Jangan ucapkan nama itu"

Itu adalah ibunya yang mengikutinya sejak tadi. Ibunya berkata bahwa sesiapapun yang mengucapkan ataupun mendengar nama itu maka akan di terpa kejadian yang mengerikan.

Rusdi disini masih patuh pada ibunya. Mereka melanjutkan acara mereka dengan bahagia bersama dengan saudara jauh yang baru bisa bertemu sapa karena adanya kesibukan.

Lebaran tahun ini benar-benar menjadi obat rindu yang baik bagi Rusdi dan keluarga mereka. Namun, hal yang tidak mereka ketahui adalah. Rusdi pernah mengucapkan nama pemilik makam itu ketika ia sedang sendirian.

Lebaran pun telah berakhir dan mereka pulang ke kota masing-masing dan menunggu hingga tahun berikutnya.

Nah..Kejadian aneh malai terjadi sekitar satu minggu setelah Rusdi pulang ke rumah. Entah kenapa seperti ada sesuatu hal yang aneh saat ia dan orangtuanya berkomunikasi.

"Rusdi, Katanya kamu mau pergi ke rumah teman, kok masih disini?"

"Ha? Rusdi ga ada bilang begitu"

"Rusdi, kalau udah selesai nyapu pekarangan jangan lupa taruh sapunya di belakang"

"Lah. Kan tadi Rusdi nyapunya waktu sore"

"Malam-malam kok malah nambah makan nya, Rus?"

"Rusdi baru aja mau makan malam"

Orangtuanya terus mengatakan sesuatu yang tidak pernah Rusdi lakukan sebelumnya. Itu seperti antara Rusdi yang hilang ingatan jangka pendek… Atau ada seseorang atau sesuatu yang menyamar sebagai dirinya.

Rusdi yang menjelaskan hal itu pada malam haripun membuat orangtuanya kaget.

"Pantesan. Bapak sempet khawatir kenapa kamu akhir-akhir ini wajahnya pucat. Jadi itu.."

Belum sempat kalimat itu terselesaikan, sosok itu muncul dari balik pintu kamar Rusdi. Wajah dan postur yang sangat mirip, hanya saja dengan wajah dan kulit yang berwarna putih pucat. Itu cukup untuk membuat bulu kuduk merinding.

Mereka pun keluar dari rumah itu secara bersama-sama. Waktu itu adalah malam hari jadi kejadian itu membuatnya semakin tambah menyeramkan

"Pak.. Bagaimana kalau kita panggil Pak Ustad aja?"

Walhasil Pak Ustad pun di datangkan untuk menangani masalah ini. Ketika Pak Ustad datang, sosok itu masih ada di sana. Lebih tepatnya ia duduk di atas lemari di kamar Rusdi.

"Hei kamu yang di sana. Kenapa kamu mengganggu keluarga ini?"

"Mengganggu apa. Saya adalah Rusdi, anak mereka"

Sosok itu berkata dengan suara berat dan sedikit terbata-bata.

"Tidak, akulah Rusdi. Anak mereka satu-satunya"

"Jangan percaya. Dialah yang menyamar"

"Tidak!"

Agar tidak membuang waktu lebih banyak, Pak Ustad membacakan ayat untuk mengusir sosok itu. Ketika itu di bacakan, sosok di atas lemari menjerit histeris seperti tersiram sesuatu yang sangat panas.

"Sudah jelas bahwa kaulah yang meniru"

"Baik, baik. Saya mengaku. Saya hanya ingin membalas anak itu karena melanggar pantangannya"

"Pantangan apa?"

"Pantang itu…"

Rusdi teringat akan makam itu, Ia memberitahukan hal itu pada semua yang ada di sana. Orangtua Rusdi tampak sedikit marah mengetahui itu. Rusdi yang menyesal tidak bisa berkata apa-apa.

"Baiklah, akan aku tinggalkan kalian dengan satu syarat. Sebutkan nama aku kembali dan aku akan pulang"

Seorang penekun ilmu hitam yang sudah hidup selama ratusan tahun. Arwahnya gentayangan karena ia tidak di terima baik di surga maupun di neraka. Ia adalah Nyai Medah Nyarga.

"Hahaha. Baiklah. Aku akan pergi dan menghantui orang lain yang mendengar namaku"

Comments

Trending This Week

Bayangan di Balik Jendela

Bayangan di Balik Jendela Rina menghela napas panjang, menatap rumah tua yang kini menjadi tempat tinggal barunya. Rumah itu adalah warisan dari kakeknya, terletak di sebuah desa terpencil yang jauh dari hiruk-pikuk kota. Ia tak pernah berpikir akan tinggal di tempat seperti ini, tetapi keadaan memaksanya untuk menerima kenyataan. Malam pertama di rumah itu terasa sunyi, terlalu sunyi. Angin malam berhembus lembut, menyentuh jendela kayu di kamar Rina. Namun, yang membuatnya tak bisa tidur adalah perasaan aneh bahwa seseorang sedang mengamatinya. Matanya melirik ke arah jendela. Di sana, samar-samar ia melihat sebuah bayangan. Jantung Rina berdegup kencang. Ia melangkah pelan mendekati jendela, mencoba memastikan apa yang ia lihat bukan sekadar imajinasinya. Namun, saat ia membuka jendela, tidak ada siapa pun di luar sana. Hanya kebun yang diterangi sinar rembulan. Keesokan harinya, saat menjelajahi rumah itu, Rina menemukan sebuah kamar tua yang tertutup rapat. Rasa penasaran memb...

Sebuah Misteri Sekolah

Mau bagaimanapun, misteri hanya akan menjadi sebuah misteri saat itu menimbulkan banyak pertanyaan di dalam benak masyarakat. Tidak ada yang tahu pasti bagaimana detail kejadiannya hingga itu terungkap. Sayangnya, ada banyak misteri yang sepertinya memang di peruntukan untuk menjadi buah bibir. Sebuah kisah pada sebuah sekolah yang letaknya tidak akan saya sebutkan. Saya tidak akan mengatakan apakah ini karangan ataupun kejadian nyata. Walau, saya berharap ini hanya fiksi belaka. Bagaimana jadinya jika sebuah kelas yang pada pagi harinya selalu berisik dengan candaan dan tawa riang anak-anak pada pagi hingga sore hari, berubah menjadi semengerikan kuburan pada tengah malam? Kencangkan sabuk pengaman dan kita akan mulai kisahnya. Ini adalah kisah dari seorang anak yang tidak akan di sebutkan namanya. Seperti yang sudah tertera di atas, dia adalah salah satu anak yang ikut andil dalam keributan di kelas sehari-hari. Bukan dalam artian yang buruk. Dia hanya senang berbagai tawa dengan kaw...

Dipecat Secara Tidak Adil, Tetapi Diselamatkan Oleh Teman Lama

“Kau dipecat!”   Perkenalkan namaku Iwatani Ryuusuke   Itulah kata-kata terakhir yang aku dengar sebelum pulang kerja di hari ini. Aku dipecat oleh bosku setelah tiga tahun bekerja di sana. Aku dituduh menjual data-data penting perusahaan kepada rival kami. Walau tidak ada bukti yang kuat atas tuduhan itu, orang-orang merasa itu adalah fakta karena tuduhan itu berasal dari bosku yang memiliki reputasi baik.   Sebenarnya aku tahu, orang yang menjual informasi itu adalah dia, Takashi-san, bosku yang aku sebutkan tadi. Aku mengetahuinya ketika tidak sengaja mengintip ke komputernya dan melihat pesannya pada seseorang dari perusahaan rival. Mungkin alasan dia ingin mengeluarkanku adalah agar aku tidak menyebarkan fakta itu pada yang lain.   Orang itu pada dasarnya memang orang yang busuk. Satu-satunya alasan bahwa dia memiliki reputasi baik adalah karena semua yang tahu hal buruk tentangnya, bernasib sama denganku.   Mari kita lupakan soal peru...

Satu Momen Bisa Mengubah Hidup Seseorang

Hanya perlu satu. Iya, satu peristiwa untuk membuat seseorang benar-benar mengubah pandangannya tentang dunia ini secara keseluruhan. Orang-orang mungkin menyebutnya quarter life crisis karena kebanyakan terjadi Ketika berusia dua pulih lima atau sekitarnya. Tapi, ini sedikit berbeda dengan apa yang di alami oleh Takuma Hirata.   Awalnya dia hanyalah seorang siswa biasa yang menjalani kesehariannya dengan baik di SMA. Dia bukanlah anak yang sangat popular, namun juga bukan anak yang terlalu penyendiri. Jika di ibaratkan makanan, dia adalah makanan pokok, tidak diperhitungkan, tapi jika tidak ada maka akan ada sesuatu yang kurang.   Sampai hari itu tiba   “Dasar Cabul!”   Baru saja ia tiba di sekolahnya, ia langsung diteriaki oleh seisi kelasnya. Yang teriak paling keras adalah orang yang disukainya, Komori Mitsuki. Langsung disajikan pemandangan yang tidak mengenakan begitu sampai kelas, dia bertanya-tanya pada sekitar.   “Tunggu, apa yang ka...

Jemput

Kejadian supranatural memang sering terjadi di tempat-tempat yang cukup sepi. Misalnya di jalanan kampung atau di bangunan tua. Tidak peduli siang atau malam, auranya tidak akan berubah. Inilah yang baru saja di alami oleh Eko disaat perjalanannya dengan mobil menuju ke sebuah gedung mewah untuk mendatangi acara pernikahan adiknya, Siti. Dia sangat antusias akan pernikahan adiknya itu. Sampai-sampai sebelum berangkat ia sempat hampir lupa menggunakan celana dalamnya. Sekitar sepuluh menit waktu yang ia perlukan untuk bersiap-siap bersama dengan istrinya, Ratna untuk pergi kesana. “Gimana? Udah cakep belum?” Tanya Ratna  “Sudah dong. Kan Istriku. Kalau gak cakep mana ku nikahi” Jawab Eko dengan nada bercanda “Ih... Gombal” Persiapan mereka sudah selesai. Eko menghidupkan mobil sedannya dan membukakan pintu untuk Istri tercinta. Waktu itu pukul 8 malam. Suasana jalan bisa dibilang lumayan sepi. Hanya ada satu atau dua kendaraan yang melaju, namun berlawanan arah dengan tujuan mereka....

Anak yang Tidak Diharapkan

Aku adalah anak pertama dari keluarga yang biasa-biasa saja. Ibuku adalah seorang ibu rumah tangga, sedangkan ayahku adalah seorang pekerja kantoran dengan jabatan dan gaji yang cukup tinggi. Sebagai anak tertua, aku selalu diperlakukan dengan keras. Aku bahkan sudah di suruh mengerjakan pekerjaan rumah ketika baru masuk ke sekolah dasar. Sikap mereka berbeda dengan yang mereka berikan kepada adikku. Adikku lebih muda dua tahun dariku. Entah kenapa, aku merasa dia sangat di sayangi dan di manja oleh kedua orangtuaku. Itu seperti adikku adalah satu-satunya anak yang mereka inginkan. Kenapa aku bisa berpikir seperti itu? Tentu saja karena dia tidak pernah dituntut apa-apa. Dia bebas melakukan apapun yang ia suka bahkan tanpa perlu izin. Berbeda denganku, yang ketika itu ingin masuk les menggambar saja sampai dimarahi berjam-jam. Pada saat hari ulang tahunnya, kami pergi ke restoran sushi untuk merayakannya. Aku tidak tahu apakah mereka lupa, tapi aku alergi terhadap ikan. Aku sudah...