Skip to main content

Satu Momen Bisa Mengubah Hidup Seseorang

Hanya perlu satu. Iya, satu peristiwa untuk membuat seseorang benar-benar mengubah pandangannya tentang dunia ini secara keseluruhan. Orang-orang mungkin menyebutnya quarter life crisis karena kebanyakan terjadi Ketika berusia dua pulih lima atau sekitarnya. Tapi, ini sedikit berbeda dengan apa yang di alami oleh Takuma Hirata.

 

Awalnya dia hanyalah seorang siswa biasa yang menjalani kesehariannya dengan baik di SMA. Dia bukanlah anak yang sangat popular, namun juga bukan anak yang terlalu penyendiri. Jika di ibaratkan makanan, dia adalah makanan pokok, tidak diperhitungkan, tapi jika tidak ada maka akan ada sesuatu yang kurang.

 

Sampai hari itu tiba

 

“Dasar Cabul!”

 

Baru saja ia tiba di sekolahnya, ia langsung diteriaki oleh seisi kelasnya. Yang teriak paling keras adalah orang yang disukainya, Komori Mitsuki. Langsung disajikan pemandangan yang tidak mengenakan begitu sampai kelas, dia bertanya-tanya pada sekitar.

 

“Tunggu, apa yang kau maksud?”

 

“jangan bodoh! Berani-beraninya kau mencuri celana dalam Hinagi!”

 

Itu kejadian kemarin begitu selesai Pelajaran olahraga. Ada kabar bahwa pakaian dalam Hinagi hilang entah kemana. Sepertinya para siswi mencarinya sampai malam.

 

“Hah? Aku tidak melakukan apa-apa – Ugggh”

 

Belum sempat ia menyelesaikan perkataannya, ia langsung dipukul oleh seseorang, Dia adalah Sueharu Ito, sahabatnya Takuma – Atau begitu seharusnya

 

“Apa yang kau lakukan Ito?”

 

“Diamlah dasar sampah! Aku tidak menyangka kau orang yang seperti itu” Teriaknya dengan nada keras dan marah.

 

“Aku bersumpah tidak melakukan apa-apa! Aghh”

 

Kembali, pukulan keras menghujani tubuh Takuma tanpa ampun.

 

“Cukup sampai disana!”

 

Saat keadaan tegang, seseorang datang dari luar. Dia adalah ketua osis, Sakuragi Tsuyuri

 

“Ketua”

 

“Jangan menatapku”

 

“Hah?”

 

“Aku sudah mendengar apa yang terjadi, kau akan dikeluarkan dari sekolah ini. Kau harusnya bersyukur karena hanya mendapatkan hukuman ringan”

 

Kata Ketua Sakuragi dengan mata seakan Tengah melihat sampah.

 

“Tapi aku tidak melakukan apapun!”

 

“Takuma Hirata, kau tidak mempunyai hak untuk membela diri”

 

“Benar! Keluarlah dari sekolah ini!”

 

“Aku tidak mau sekelas dengan orang sepertimu!”

 

Cemoohan keluar dari mulut teman-teman sekelasnya, hingga sampai pada mulut Mitsuki, orang yang ia sukai.

 

“Aku salah pernah mencintai orang sepertimu. Membusuklah di penjara”

 

Satu kalimat itu membuat dia sadar.

 

Ahh Jadi seperti inilah akhirnya

 

Orang yang aku sukai, membenciku

 

Orang yang aku anggap teman, sama sekali tidak mempercayaiku

 

Polisi datang dan membawa Takuma untuk masuk kedalam penjara. Menjadi titik balik kehidupannya…atau mungkin tidak

 

***

 

“Mitsuki, yang ada di cctv itu kan….”

 

“…Takuma?”

 

Komori Mitsuki, aku mencintai seseorang dari kelasku yang Bernama Takuma Hirata. Kami sudah Bersama sejak di tahun pertama. Aku mulai jatuh cinta padanya Ketika ia selalu membantuku Ketika mendapatkan masalah.

 

Tapi, mungkin itu hanyalah topeng yang ia pakai setiap hari.

 

Pakaian dalam temanku hilang setelah jam Pelajaran olahraga, kami bergegas untuk meminta tolong kepada staff sekolah untuk melihat cctv.

 

Betapa terkejutnya aku Ketika melihat bahwa pakaian dalamnya dicuri oleh orang yang sangat mirip dengan Takuma, baik badan dan juga gaya rambutnya. Apa aku tidak salah lihat?

 

Rasa cinta yang aku pupuk selama satu tahun itu langsung berubah menjadi rasa kebencian.

 

Keesokan harinya kami langsung menghakimi Takuma yang telah mel;akukan kejahatan. Walau sedikit jahat, aku mencoba meyakinkan diriku bahwa itu tidak masalah karena Takuma melakukan kejahatan lebih dahulu.

 

Tidak hanya itu, sahabatnya Takuma, Ito juga ikut menghajarnya. Dia terlihat sangat kecewa dengan kejahatan yang dilakukan takuma. Kegilaan itu baru selesai Ketika ketua osis datang dan memberitahu bahwa Takuma akan dikeluarkan sekaligus ditangkap oleh polisi. Aku tidak tahu apa yang harus aku rasakan.

 

***

 

Sueharu Ito, aku tidak percaya sahabat yang aku anggap terbaik ini, malah melakukan Tindakan yang sangat keji.

 

Aku berteman dengannya semenjak masuk ke tahun kedua SMP. Saat itu adalah Ketika aku menjadi korban bully oleh para senior. Takuma yang bersimpati kepadaku mencoba membimbingku untuk mulai berlatih bela diri.

 

Karena bantuannya, aku sudah menjadi lebih kekar dan kuat. Tidak ada yang berani mengusikku lagi sejak saat itu.

 

Tapi, aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan mendaratkan tinjuku ke wajahnya.

 

Pagi hari itu, Mitsuki memberitahu hasil penyelidikan para siswi tentang kasus kehilangan pakaian dalam. Mereka mengatakan pelakunya adalah Takuma. Aku sempat tidak ingin percaya, namun bukti berupa video cctv tidak bisa menyangkalnya.

 

Dengan peraasan terkhianati, aku menghajar wajah Takuma berulang kali sampai ia tidak bisa berdiri. Aku baru berhenti Ketika ketua osis datang utnuk memberitahu pengeluaran dan penangkapan Takuma.

 

Semoga kau Kembali menjadi dirimu yang sebelumnya setelah mendapatkan hukuman

 

***

 

Satu bulan telah berlalu semenjak insiden itu.

 

“Kau sudah bebas”

 

Kasus yang menjeratnya terbukti sebagai kasus tuduhan palsu. Dan dengan diketahuinya hal itu, Taku langsung segera dibebaskan tanpa syarat dan juga menerima kompensasi. Tapi…

 

Hidupku sudah hancur. Apa gunanya semua hal itu

 

Dia sampai dirumahnya yang kosong. Kedua orangtuanya telah meninggal sejak lama. Kini hanya ada dia dengan kamar kosong di dalamnya.

 

Apa aku akhiri saja….

 

***

 

“Kau…Bohongkan…”

 

“Ma-maafkan aku”

 

Sehari yang lalu, di sekolah. Ada seorang anak dari kelas satu yang diseret masuk ke kelas tahun kedua oleh seorang guru.

 

“Anak inilah yang telah mencuri pakaian dalam pada hari itu. Aku memergokinya Ketika sedang melakukan hal tidak wajar dengan bend aitu”

 

“Maafkan aku!”

 

Seakan tidak tahu reaksi apa yang harus diberikan, Mitsuki dan Ito terdiam tepat didepan siswa tahun pertama itu.

 

Jadi…Takuma tidak bersalah selama ini

 

Apa yang telah aku lakukan… Itu sama saja dengan mengkhianatinya

***

 

Aku tidak percaya. Takuma tidak bersalah. Aku memandangi Ito yang berdiri di samping. Dia juga memasang wajah yang sulit. Dia pasti memikirkan hal yang sama denganku.

 

Ketika anak itu pergi untuk di bawa ke kantor polisi, guru tadi memberitahu bahwa Takuma akan dibebaskan saat ini juga

 

Mendengar hal itu, Ito langsung berlari keluar kelas. Sepertinya dia mau ke kantor polisi untuk melihat Takuma

 

Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Haruskah aku ada di sana Ketika ia bebas? Apa yang harus aku katakan?

 

Ini sudah lewat satu jam setelah pelaku aslinya terungkap. Semua orang dikelas memasang wajah lesu, dan Ito juga tidak Kembali. Hal itu membuatku khawatir akan apa yang sedang terjadi di sana

 

Ketika banyak hal berkecambuk di hatiku, aku membuka ponselku yang berdering. Isinya membuatku menjadi semakin kacau

 

***

 

Sial!

 

Sial!

 

Aarhrgggg

 

Apa yang sudah aku lakukan?!

 

Harusnya aku adalah yang paling tahu soal sahabatku, Takuma. Tapi….Tapi… Haaaaaa!!

 

Aku harus cepat-cepat meminta maaf padanya. Aku tidak peduli bahwa masih ada Pelajaran lanjutan. Aku lansgung bergegas menuju penjara dan langsung meminta maaf padanya.

 

Namun, sesampainya di sana, aku diberitahu oleh sipir bahwa ia langsung Kembali kerumahnya. Tanpa pikir Panjang, aku langsung berlari kermahnya.

 

Sesampainya di depan pintu, aku melihat ada banyak orang di sana, di depan pintu rumahnya yang terbuka.

 

“Permisi. Ada kerumunan apa ini?”

 

Aku mencoba menanyakan salah satu orang di Tengah keramaian ini.

 

“Di dalam rumah itu ada remaja yang meninggal karnea bunuh diri”

 

.

 

.

 

.

 

“Ha?”

 

Tidak

 

Tidak!!

 

Ini Tidak Mungkin!

 

Aku mendorong semua yang menghalaingi jalanku dan berhasil masuk kedalam rumahnya. Saat aku melihat itu adalah kebenaran. Takuma, dengan tubuh yang sudah tidak bernyawa tergantung.

 

Aku langsung muntah-muntah di tempat. Walau semua orang mengkhawatirkanku. Aku lebih ingin mereka memukulku dengan keras. Seperti apa yang telah aku lakukan pada Takuma…

 

Maafkan aku…

Comments

Trending This Week

Bayangan di Balik Jendela

Bayangan di Balik Jendela Rina menghela napas panjang, menatap rumah tua yang kini menjadi tempat tinggal barunya. Rumah itu adalah warisan dari kakeknya, terletak di sebuah desa terpencil yang jauh dari hiruk-pikuk kota. Ia tak pernah berpikir akan tinggal di tempat seperti ini, tetapi keadaan memaksanya untuk menerima kenyataan. Malam pertama di rumah itu terasa sunyi, terlalu sunyi. Angin malam berhembus lembut, menyentuh jendela kayu di kamar Rina. Namun, yang membuatnya tak bisa tidur adalah perasaan aneh bahwa seseorang sedang mengamatinya. Matanya melirik ke arah jendela. Di sana, samar-samar ia melihat sebuah bayangan. Jantung Rina berdegup kencang. Ia melangkah pelan mendekati jendela, mencoba memastikan apa yang ia lihat bukan sekadar imajinasinya. Namun, saat ia membuka jendela, tidak ada siapa pun di luar sana. Hanya kebun yang diterangi sinar rembulan. Keesokan harinya, saat menjelajahi rumah itu, Rina menemukan sebuah kamar tua yang tertutup rapat. Rasa penasaran memb...

Bayangan Peniru

Kali ini ada sebuah kisah tentang seseorang yang mengaku pernah di hantui oleh sosok bayangan yang menyerupai manusia di sekitar perkarangan rumahnya. Sebut saja nama tokoh utama kita ini Rusdi. Jadi beberapa tahun yang lalu, Rusdi pernah pergi ke rumah kakeknya yang berada jauh di desa. Kebetulan ayah Rusdi ini adalah seorang perantau jadi, dia ikut dengan ayahnya sekalian sekolah di kota tempat ayahnya itu bekerja. Rusdi pulang bersama bapak dan ibunya ke desa untuk menyambut lebaran yang akan di adakan beberapa hari lagi. Mereka pergi lebih awal hitung-hitung untuk menghindari ke macetan yang sering terjadi. Singkat cerita ia sudah sampai di rumah nenek dan kakeknya itu. Itu adalah rumah tradisional nan kuno. Sangat mencerminkan rumah desa pada umumnya. Hanya saja, tidak jauh dari rumah itu adalah sebuah kuburan yang hanya memiliki satu makam. Rusdi ingat ketika ia pernah menanyai kakeknya tentang siapa yang di makamkan disana dan kenapa ia hanya sendirian. Namun, baik kakek maupun ...

Sebuah Misteri Sekolah

Mau bagaimanapun, misteri hanya akan menjadi sebuah misteri saat itu menimbulkan banyak pertanyaan di dalam benak masyarakat. Tidak ada yang tahu pasti bagaimana detail kejadiannya hingga itu terungkap. Sayangnya, ada banyak misteri yang sepertinya memang di peruntukan untuk menjadi buah bibir. Sebuah kisah pada sebuah sekolah yang letaknya tidak akan saya sebutkan. Saya tidak akan mengatakan apakah ini karangan ataupun kejadian nyata. Walau, saya berharap ini hanya fiksi belaka. Bagaimana jadinya jika sebuah kelas yang pada pagi harinya selalu berisik dengan candaan dan tawa riang anak-anak pada pagi hingga sore hari, berubah menjadi semengerikan kuburan pada tengah malam? Kencangkan sabuk pengaman dan kita akan mulai kisahnya. Ini adalah kisah dari seorang anak yang tidak akan di sebutkan namanya. Seperti yang sudah tertera di atas, dia adalah salah satu anak yang ikut andil dalam keributan di kelas sehari-hari. Bukan dalam artian yang buruk. Dia hanya senang berbagai tawa dengan kaw...

Dipecat Secara Tidak Adil, Tetapi Diselamatkan Oleh Teman Lama

“Kau dipecat!”   Perkenalkan namaku Iwatani Ryuusuke   Itulah kata-kata terakhir yang aku dengar sebelum pulang kerja di hari ini. Aku dipecat oleh bosku setelah tiga tahun bekerja di sana. Aku dituduh menjual data-data penting perusahaan kepada rival kami. Walau tidak ada bukti yang kuat atas tuduhan itu, orang-orang merasa itu adalah fakta karena tuduhan itu berasal dari bosku yang memiliki reputasi baik.   Sebenarnya aku tahu, orang yang menjual informasi itu adalah dia, Takashi-san, bosku yang aku sebutkan tadi. Aku mengetahuinya ketika tidak sengaja mengintip ke komputernya dan melihat pesannya pada seseorang dari perusahaan rival. Mungkin alasan dia ingin mengeluarkanku adalah agar aku tidak menyebarkan fakta itu pada yang lain.   Orang itu pada dasarnya memang orang yang busuk. Satu-satunya alasan bahwa dia memiliki reputasi baik adalah karena semua yang tahu hal buruk tentangnya, bernasib sama denganku.   Mari kita lupakan soal peru...

Jemput

Kejadian supranatural memang sering terjadi di tempat-tempat yang cukup sepi. Misalnya di jalanan kampung atau di bangunan tua. Tidak peduli siang atau malam, auranya tidak akan berubah. Inilah yang baru saja di alami oleh Eko disaat perjalanannya dengan mobil menuju ke sebuah gedung mewah untuk mendatangi acara pernikahan adiknya, Siti. Dia sangat antusias akan pernikahan adiknya itu. Sampai-sampai sebelum berangkat ia sempat hampir lupa menggunakan celana dalamnya. Sekitar sepuluh menit waktu yang ia perlukan untuk bersiap-siap bersama dengan istrinya, Ratna untuk pergi kesana. “Gimana? Udah cakep belum?” Tanya Ratna  “Sudah dong. Kan Istriku. Kalau gak cakep mana ku nikahi” Jawab Eko dengan nada bercanda “Ih... Gombal” Persiapan mereka sudah selesai. Eko menghidupkan mobil sedannya dan membukakan pintu untuk Istri tercinta. Waktu itu pukul 8 malam. Suasana jalan bisa dibilang lumayan sepi. Hanya ada satu atau dua kendaraan yang melaju, namun berlawanan arah dengan tujuan mereka....

Anak yang Tidak Diharapkan

Aku adalah anak pertama dari keluarga yang biasa-biasa saja. Ibuku adalah seorang ibu rumah tangga, sedangkan ayahku adalah seorang pekerja kantoran dengan jabatan dan gaji yang cukup tinggi. Sebagai anak tertua, aku selalu diperlakukan dengan keras. Aku bahkan sudah di suruh mengerjakan pekerjaan rumah ketika baru masuk ke sekolah dasar. Sikap mereka berbeda dengan yang mereka berikan kepada adikku. Adikku lebih muda dua tahun dariku. Entah kenapa, aku merasa dia sangat di sayangi dan di manja oleh kedua orangtuaku. Itu seperti adikku adalah satu-satunya anak yang mereka inginkan. Kenapa aku bisa berpikir seperti itu? Tentu saja karena dia tidak pernah dituntut apa-apa. Dia bebas melakukan apapun yang ia suka bahkan tanpa perlu izin. Berbeda denganku, yang ketika itu ingin masuk les menggambar saja sampai dimarahi berjam-jam. Pada saat hari ulang tahunnya, kami pergi ke restoran sushi untuk merayakannya. Aku tidak tahu apakah mereka lupa, tapi aku alergi terhadap ikan. Aku sudah...